Biografi Ibnu Haitham, Bapak Ilmu Optik Si Alhazen
ibnu haitham |
Exsdee.com | Pada zaman modern ini perkembangan kamera kian bertambah begitu cepat. Setiap perusahaan berlomba demi memperkenalkan merek dagang mereka dengan kualitas kamera yang semakin baik bahkan istilah-istilah baru bermunculan seperti ultrawide, telephoto, depth, megapixel, DSLR dan lain sebagainya. Namun tahukah kamu bahwa ada seorang yang berjasa dibalik itu semua.
Dikenal dengan nama Ibnu Haitham, dialah ilmuwan dengan gagasan yang menjadi cikal bakal kamera super saat ini. Kehebatannya diakui dunia, bahkan ia mendapat julukan “Bapak Ilmu Optik Modern”
Biografi Ibnu Haitham.
Abu Ali Muhammad al-Hasan bin al-Haitham (أبو علي الحسن بن الحسن بن الهيثم) atau akrab dipanggil Ibnu Haitham lahir di Bashrah tahun 965 M dan meninggal di Qahirah (Kairo) tahun 1039 M pada umur 74 tahun. sedangkan Cendekiawan barat lebih mengenalnya dengan sebutan Alhazen.
Ibnu Haitham Adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Bahkan ia telah memberikan banyak inspirasi pada ahli sains barat seperti Roger Bacon, dan Johannes Kepler.
Mengutip uraian dari sejarawan Ibn Qifti (1172-1248), Ibnu Haitham mengawali pendidikan dasarnya di kota kelahirannya Basrah. Bahkan, ia ketika dewasa sempat menduduki jabatan hakim
Namun, Ibnu Haitham lantas memilih meletakkan jabatan tersebut. ketertarikannya untuk menimba ilmu jauh lebih besar dibanding bekerja dalam bidang birokrasi
Meskipun sempat menolak, akhirnya pemerintah tak bisa berbuat banyak. Pada saat itu di bawah Dinasti Buwayhid, menerima surat pengunduran diri Ibnu Haitham. Bahkan agar permohonan resign itu diloloskan ia berpura-pura sakit.
Demi mencari ilmu Ia memutuskan merantau ke Ahwaz dan Baghdad yang merupakan pusat intelektual dunia kala itu hingga akhirnya berlabuh di Mesir. Ia diterima dengan tangan terbuka oleh Khalifah al-Hakim dari Dinasti Fatimiyah.
Sang Khalifah ingin agar Ibnu Haitham membantunya dalam menyelesaikan proyek pembangunan bendungan di Sungai Nil. Mulanya, ilmuwan itu setuju untuk terlibat. Apalagi, ia melihat pekerjaan tersebut sebagai peluang untuk menerapkan gagasan-gagasannya dalam bidang engineering. Akan tetapi, ia lantas menyadari, rancangan dam tersebut jauh dari visi yang ada. Banyak pula bagian-bagian yang gagal sehingga banjir tetap meluap ke area sekitar Nil.
Ibnu Haitham pun mengungkapkan niat untuk mengundurkan diri dari proyek tersebut. Namun, Khalifah al-Hakim menolaknya dengan keras. Lantaran khawatir akan keselamatan dirinya, Ibnu Haitham pun berpura-pura gila sehingga penguasa memenjarakannya. Beruntung, ia lolos dari hukuman mati sebab Khalifah al-Hakim keburu meninggal dunia. Setelah itu, Ibnu Haitham pun dibebaskan. Seluruh hartanya dikembalikan kepadanya.
Begitu bebas dari penjara, ia tetap bertahan di Kairo. Kesibukannya tercurah untuk mengajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan di al-Azhar.
Sains
Ibnu Haitham sangat produktif dalam menulis buku. Sejarah mencatat, ia telah menulis tak kurang dari 200 karya. Semua meliputi banyak bidang, seperti fisika, matematika, rekayasa teknik (engineering), astronomi, pengobatan, psikologi, anatomi, dan Oftalmologi (ilmu kedokteran mata).
Dalam bidang optik, Ibnu Haitham bahkan digelari ilmuwan zaman modern sebagai "Bapak Ilmu Optik Modern." Karyanya telah terhimpun dan masih dapat dijumpai hingga kini, seperti Kitab al-Manazir (The Book of Optics).
Buku itu terdiri atas tujuh jilid. Uniknya, ia menghasilkan karya itu saat sedang dipenjara selama 10 tahun di Kairo.
Buku tersebut menjelaskan teori mengenai cahaya. Hipotesis yang diajukannya terbilang revolusioner dan mendahului zaman. Sebab, teorinya berbeda dengan teori-teori waktu itu, baik yang berkembang di dunia Timur maupun Barat.
Sebagai contoh, ia menentang teori Ptolemy and Euclid yang menganggap, benda dapat terlihat karena cahaya yang keluar dari mata manusia. Ibnu Haytham menegaskan, bukan itu yang terjadi. Justru, cahaya datang dan/atau terpantul dari objek yang dilihat. Cahaya itu lalu masuk ke mata sehingga terjadilah aktivitas melihat. Ia tak berhenti pada gagasan tersebut. Lebih lanjut, Ibnu Haitham pun bereksperimen dengan kamera lubang jarum (pinhole camera).
Kitab al-Manazir juga menjelaskan teori tentang pembiasan cahaya. Di dalamnya, Ibnu Haitham menjelaskan eksperimen yang dilakukannya dalam memilah cahaya putih menjadi warna-warni pelangi. Ia juga berjasa besar dalam menjelaskan penggunaan dan mekanisme kerja lensa cembung (convex), khususnya untuk memperbesar objek yang dilihat. Prinsip convex yang ditemukan Ibnu Haitham kelak pada abad ke-13 digunakan untuk membuat kacamata. Kitab al-Manazir sudah menyinggung berbagai ulasan tentang sifat cahaya, tujuh abad sebelum Sir Isaac Newton mengulasnya dalam karyanya.
Salah satu kajiannya juga membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana. Menurut Ibnu Haitham, cahaya fajar bermula apabila Matahari berada di garis 19 derajat di ufuk timur.
Warna merah pada senja pula akan hilang apabila Matahari berada di garis 19 derajat di ufuk barat. Dalam kajiannya, beliau juga telah menjelaskan bagaimana kedudukan atau sifat cahaya seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya.
Selain membahas mengenai optic, Ibnu Haitham juga telah menemukan model tarikan gravitasi sebelum Sir Isaac Newton mengetahuinya.
Ada pula teori Ibnu Haitham mengenai jiwa manusia sebagai satu rentetan perasaan yang bersambung-sambung secara teratur. Ini kemudian memberikan ilham kepada saintis barat untuk menghasilkan wayang gambar.
Teori Ibnu Haitham ini telah membawanya kepada penemuan gulungan film yang kemudian disambung-sambung dan ditayangkan kepada para penonton sebagaimana menjadi cikal bakal dunia film.
Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah menemukan prinsip isi padu udara. Ini jauh sebelum seorang ilmuwan yang bernama Torricelli mengetahui hal itu 500 tahun kemudian.
Beliau juga berpendapat bahwa kebenaran hanyalah satu. Oleh sebab itu semua dakwaan kebenaran wajar diragukan dalam menilai semua pandangan yang telah ada. Dalam hal ini, Ibnu Haitham memelopori penggunaan eksperimen dengan parameter yang terkontrol untuk verifikasi atas sebuah teori
Karena selalu menyajikan hipotesis dan data dengan berbasis eksperimen, sejarawan juga memberi gelar sebagai "Ilmuwan Modern Pertama".
Karya lain beliau di antaranya:
Bidang Optik:
1. Risalah Fi Al-Ain Wa Al-Abshar
2. Risalah Fi Al-Maraya Al-Muhriqah Bi Ad-Dawa'ir
3. Risalah Fi In'ithaf Adh-Dhau
4. Risalah Fi Al-Maraya Al-Muhriqah Bi Al-Quthu
5. Kitab Fi Al-Halah Wa Qaus Qazah
Bidang Astronomi:
1. At-Tanbih Ala Ma Fi Ar-Rashdi Min Al-Ghalath
2. Irtifa' Al-Kawakib
3. Maqalah Fi Ab'ad Al-Ajram As-Samawiyyah wa Iqdar I'zhamiha wa Ghairiha
4. Kitab Fi Hai'ati Al-Alam
5. Risalah Fi Asy-Syafaq
Bidang Matematika:
1. AL-Jami' Fi Ushul Al-Hisab
2. Ilal Al-Hisab Al-Hindi
3. Ta'liq Ala Ilm Al-Jabar
4. Al-Mukhtashar Fi Ilm Al-Handasah[10]
5. Tarbi' Ad-Da'irah
6. Al-Asykal Al-Hilaliyah
Baca Juga: Biography of Ibn Al-Haitham, Father of Optics also known as Alhazen
Sumber:
https://www.britannica.com/biography/Ibn-al-Haytham
https://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_al-Haitsam
https://mathshistory.st-andrews.ac.uk/Biographies/Al-Haytham/
https://www.famousscientists.org/alhazen/
Tidak ada komentar untuk "Biografi Ibnu Haitham, Bapak Ilmu Optik Si Alhazen"
Posting Komentar