Pahami Proses Terbentuknya Awan dan Hujan
payung hujan |
Secara sekilas, mungkin mudah bagi kita mengira-ngira kapan turunnya hujan. Jika sudah terdapat awan hitam yang tebal di langit apalagi
disertai suara Guntur dan angin yang kencang, kemungkinan besar akan turun
hujan.
Beberapa orang mungkin ada yang bertanya. Dari mana sih asal
air hujan?
Air hujan tidak muncul secara tiba-tiba dari langit. Ada proses berkelanjutan terjadi sebelumnya. Berikut merupakan proses terjadinya hujan:
1. Proses Evaporasi
Sebenarnya air hujan berasal dari air yang menguap menjadi
bentuk gas, karena gas memiliki massa yang lebih kecil yang memungkinkan untuk
naik ke atmosfer, inilah yang disebut proses Evaporasi.
Air yang menguap bisa dari mana saja seperti laut, danau, sungai
bahkan makhluk hidup, Semakin tinggi panas matahari, jumlah air yang menjadi
uap air dan naik ke atmosfer juga akan semakin besar.
2. Terbentuknya Awan dan Proses Kondensasi
Kondensasi adalah proses di mana perubahan gas yang kembali menjadi bentuk air melalui pendinginan atau perubahan tekanan.
Uap air yang naik ke atmosfer akan mengalami pendinginan secara adiabatik sehingga Kelembapan Relative/ Relative Humidity (RH) akan bertambah, kemudian uap air akan membentuk tetes awan dengan bantuan aerosol yang berfungsi sebagai inti kondensasi.
Keberadaan aerosol sebagai inti kondensasi membantu terjadinya pembekuan uap air murni pada suhu hanya beberapa derajat di bawah 0oC, yang seharusnya diperlukan suhu -40oC.
Kecepatan pembentukan tetes awan tersebut ditentukan oleh banyaknya inti kondensasi. Inti kondensasi adalah partikel padat atau cair yang dapat berupa debu, asap, belerang dioksida, garam laut (NaCl) atau benda mikroskopis lainnya yang bersifat higroskopis, dengan ukuran jari-jari 0,001 - 10 μm.
aerosol rain drop |
Ketika Kelembapan Relative mendekati 100%, uap air mulai tumbuh menjadi tetes awan. Tetes awan yang terbentuk umumnya mempunyai diameter 5 - 20 μm, bahkan dengan tetes awan ini jika kelembaban udara kurang dari 90% tetes awan akan menguap. Tetes awan dengan ukuran ini akan jatuh dengan kecepatan 0,01 - 5 cm/s sedang kecepatan aliran udara ke atas jauh lebih besar sehingga tetes awan tersebut tidak akan jatuh ke bumi.
Dengan bantuan angin awan kecil akan menyatu dengan awan lainnya dan tumbuh
secara kontinu membentuk awan yang lebih tebal.
Tetes awan untuk dapat jatuh
ke bumi diperlukan suatu tetes yang lebih besar yaitu sekitar 1 mm, karena
hanya dengan ukuran demikian tetes tersebut dapat mengalahkan gerakan udara ke
atas (Neiburger, et. al., 1995).
Jenis awan
berdasarkan suhu lingkungan terbagi menjadi beberapa bagian yaitu
- Awan dingin (cold cloud). awan dingin diberikan untuk awan yang semua bagiannya berada pada lingkungan atmosfer dengan suhu di bawah titik beku (< 0oC)
- Awan hangat (warm cloud). sedangkan awan hangat adalah awan yang semua bagiannya berada di atas titik beku ( > 0oC).
- Awan campuran. Awan gabungan antara awan dingin dan awan hangat disebut (mixed cloud).
3. Terjadinya Turun Hujan dan Presipitasi
Proses Terjadinya
Hujan Pada Awan Dingin
Pada awan dingin hujan
dimulai dari adanya kristal-kristal es. yang berkembang membesar melalui dua
cara yaitu Deposisi uap
air atau air super dingin (supercooled water) langsung pada kristal es atau
melalui penggabungan menjadi butiran es. Keberadaan kristal es sangat penting
dalam pembentukan hujan pada awan dingin, sehingga pembentukan hujan dari awan
dingin sering juga disebut proses kristal es.
Sewaktu udara naik lebih tinggi ke atmosfer, terbentuklah titik-titik air, dan terbentuklah awan. Ketika sampai pada ketinggian tertentu yang sumbunya berada di bawah titik beku, awan itu membeku menjadi kristal es kecil-kecil. Udara sekelilingnya yang tidak begitu dingin membeku pada kristal tadi. Dengan demikian kristal bertambah besar dan menjadi butir-butir salju. Bila menjadi terlalu berat, salju itu turun. Bila melalui udara lebih hangat, salju itu mencair menjadi hujan. Pada musim dingin salju jatuh tanpa mencair.
Proses Terjadinya
Hujan Pada Awan Hangat
Ketika uap air
terangkat naik ke atmosfer, baik oleh aktivitas konveksi ataupun oleh proses
orografis (karena adanya halangan gunung atau bukit), maka pada level tertentu
partikel aerosol (berukuran 0,01 - 0,1 mikron) yang banyak beterbangan di udara
akan berfungsi sebagai inti kondensasi (condensation nucleus) yang menyebabkan
uap air tersebut mengalami pengembunan. Sumber utama inti kondensasi adalah
garam yang berasal dari golakan air laut. Karena bersifat higroskofis maka
sejak berlangsungnya kondensasi, partikel berubah menjadi tetes cair (droplets)
dan kumpulan dari banyak droplets membentuk awan. Partikel air yang
mengelilingi kristal garam dan partikel debu menebal, sehingga titik-titik
tersebut menjadi lebih berat dari udara, mulai jatuh dari awan sebagai hujan.
Jika di antara partikel
terdapat partikel besar (Giant Nuclei : GN : 0,1 - 5 mikron) maka ketika
kebanyakan partikel dalam awan baru mencapai sekitar 30 mikron, ia sudah
mencapai ukuran sekitar 40 - 50 mikron. Dalam gerak turun ia akan lebih cepat
dari yang lainnya sehingga bertindak sebagai kolektor karena sepanjang
lintasannya ke bawah ia menumbuk tetes lain yang lebih kecil, bergabung dan
jauh menjadi lebih besar lagi (proses tumbukan dan penggabungan).
Proses ini berlangsung
berulang-ulang dan merambat ke seluruh bagian awan. Bila dalam awan terdapat
cukup banyak GN maka proses berlangsung secara auto konversi atau reaksi
berangkai (Langmuir Chain Reaction) di seluruh awan, dan dimulailah proses
hujan dalam awan tersebut, secara fisik terlihat dasar awan menjadi lebih
gelap. Hujan turun dari awan bila melalui proses tumbukan dan penggabungan,
droplets dapat berkembang menjadi tetes hujan berukuran 1.000 mikron atau lebih
besar. Pada keadaan tertentu partikel-partikel dengan spektrum GN tidak
tersedia, sehingga proses hujan tidak dapat berlangsung atau dimulai, karena
proses tumbukan dan penggabungan tidak terjadi.
Sumber:
http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?fenomena&1352896307
https://www.geografi.org/2016/11/proses-pembentukan-awan-dan-hujan.html
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/iklim/proses-terjadinya-hujan
https://scied.ucar.edu/image/aerosols-raindrop-cloud-droplets-sizes
Tidak ada komentar untuk "Pahami Proses Terbentuknya Awan dan Hujan"
Posting Komentar